3.1 koneksi antar
materi Pendidikan guru penggerak Pengambilan keputusan
Ahmad Faqih, S.
Pd.
CGP angkatan 6
Kabupaten
Purworejo
Ki Hajar
Dewantara dengan filsofi triloka memiliki pengaruh bagaimana seorang guru mengambil
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Semboyan yang pernah dicetuskan oleh
KHD dan sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak pendidik adalah Ing
Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya
Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat
dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu
memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru)
harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah
juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya.
Semboyan yang fenomenal dan memiliki makna mendalam dapat kita jadikan
landasan dalam setiap pengambilan keputusan selalu berpihak kepada murid untuk
menjadikan generasi cerdas dan berkarakter profil pelajar Pancasila. Hal ini
dapat kita lakukan selama proses pembelajaran di sekolah. Tidak hanya konten
kurikulum namun transfer nilai -nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara
terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap
pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dan
humanis
Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip
yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? Proses pengambilan keputusan
yang bertanggung jawab, dan kompetensi kesadaran diri (self awareness),
pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan
keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) akan mewujudkan Tut
wuri handayani dengan memberikan dorongan secara moril maupun materil bagi
semua warga sekolah tak terkecuali murid-murid kita. Nilai-nilai kebajikan yang
tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan.
Sebagai manusia yang beragama, kita yakin apapun yang kita lakukan, kelak
akan dimintai pertanggungjawaban, begitu pula dengan pengambilan keputusan.
Nilai kejujuran, integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan
dan kebijakan -- kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan
Bagaimana
materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan)
yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran
kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil?
Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?
Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas
pada sebelumnya Sebagai pendidik, guru harus memiliki keterampilan coaching.
Hal ini sangat membantu dalam pengambilan keputusan. Pendampingan kegiatan
'coaching' (bimbingan) oleh fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran
sangat efektif membentu pemahaman saya, terutama dalam pengujian pengambilan
keputusan. Beberapa contoh praktik coaching yang baik memberi gambaran utuh
untuk dapat diterapkan di sekolah. Keputusan-keputusan dengan teknik coaching
yang berlandaskan etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah
yang berpihak pada murid dan menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah.
Teknik coaching dengan kesetaraan tidak menggurui akan menimbulkan rasa
nyaman sehingga coach mampu mengidentifikasi permasalahan dan dapat
menyampaikan pertanyaan berbobot dari coachee. Coachee dapat menyampaikan
hambatan -- hambatan dan dapat menemukan solusi yang sesuai karena coach mampu
menjadi penedengar yang baik. Hal ini penting karena pada akhirnya menciptakan
situasi kondusif dan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dan tenaga
pendidik. Keterampilan coaching juga dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi
peserta didik. Dengan coaching guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi
siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru memiliki harapan
seluruh siswanya dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan
di sekolah sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam.
Bagaimana
kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan
berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema
etika? Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari sosial emosional sangat
mempengaruhi pengambilan keputusan. Setiap keputusan wajib berlandaskan pada
nilai-nilai kebajikan serta regulasi yang ada dan melakukan 9 langkah
pengambilan keputusan. Sehingga dengan kedua dasar tersebut kita dapat
membedakan dilemma etika atau bujukan moral. Sosial emosional akan menumbuhkan
empati dan simpati bagi kita sebagai pendidik. Dengan simpati dan empati kita
dapat merasakan apa yang peserta didik alami, dan kita dapat mengidentifikasi
permasalahan dengan bijaksana, sehingga dalam pengambilan keputusan kita dapat
menggiring murid menciptakan terobosan yang inovatif dan kreatif sebagai
alternatif solusi dalam setiap pengambilan keputusan. Sebagai pemimpin
pembelajaran setiap keputusan harus berpihak pada murid, berbasis etika dan
nilai kebajikan dengan memetakan 4 paradigma dilema etika yaitu :
1.
individu vs masyarakat,
2.
rasa keadilan vs rasa
kasihan,
3.
kebenaran vs kesetiaan dan
4.
jangka pendek vs jangka
panjang.
Pengambilan
keputusan juga berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip
berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa
peduli. Serta dipadukan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Sembilan
keputusan tersebut yaitu:
1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa saja yang terlibat
3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
4. Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal,
uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
5. Pengujian paradigma benar lawan benar
6. Prinsip Pengambilan Keputusan
7. Investigasi Opsi Trilemma
8. Buat Keputusan
9. Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan
Bagaimana
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik? Pembahasan studi kasus yang
fokus pada masalah moral atau etika akan semakin mengasah empati dan simpati
seorang pendidik. Empati dan simpati yang terlatih akan mampu mengidentifikasi
dan memetakan paradigma dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran lebih bijak. Tentu saja rasa empati dan pengelolaan diri
dengan kesadaran penuh (Mindfulness) akan sangat berpengaruh dalam pengambilan
keputusan tersebut. Selain itu pembahasan studi kasus yang fokus pada
masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan
keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilemma etika ataukah
bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan
yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan
kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.
Bagaimana
pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan yang kita
ambil akan berdampak pada imlementasi pembelajaran dan mempengaruhi situasi di
sekolah. Setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan
nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan
landasan tersebut kita dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman.Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat
mengembangkan kompetensinya. Terwujudnya murid yang Bahagia, cerdas dan
berkarakter.
Apakah
tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan
keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan
perubahan paradigma di lingkungan Anda? Pengambilan keputusan berlandaskan tiga
prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai apakah Berpikir Berbasis
Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Semua
tergantung situasi dan kondisi yang ada. Namun setiap keputusan pasti ada
resiko, pro dan kontra, hal ini menjadi salah satu tantangan. Tantangan yang
saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus -- kasus dilemma etika
adalah tidak dapat memuaskan semua pihak sehingga ini merupakan satu ganjalan
bagi saya. Namun 9 langkah pengambilan keputusan yang saya coba lakukan dapat
meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima
oleh semua pihak.
Apakah
pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang
memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang
tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda? Pengaruh pengambilan
keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita
adalah merdeka belajar. Merdeka belajar artinya murid bebas mencapai
kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan
tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan
bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya
dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Dengan kata lain semua
pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk
memfasilitasi, memoles bakat dan minat yang sudah ada. Kurikulum merdeka sangat
berorientasi pada murid. Semua siswa menerima materi pelajaran secara utuh dan
mendalam. Siswa diberikan kebebasan memilih mata pelajaran sesuai bakat dan
minat serta kebutuhannya di kelas. Hal ini sangat menguntungkan siswa, siswa
mempelajari mata pelajaran sesuai keinginan. Guru hanya memberi gambaran,
fasilitas dan mengkondisikan siswa agar memilih secara bertanggungjawab dan
sesuai bakat, minat serta kebutuhan. Proses pembelajaran di kelas, guru
menyampaikan pembelajaran berdiferensiasi hal ini merupakan satu contoh
keputusan yang berpihak pada murid. Menerapkan secara eksplisit maupun implisit
KSE adalah wujud nyata untuk memfasilitasi dan mengasah keterampilan
social smosional murid-murid kita.
Bagaimana
seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya? Seperti yang sudah saya
sampaikan sebelumnya bahwa setiap pengambilan keputusan akan membawa dampak
baik jangka pendek VS jangka panjang bagi murid-murid. Semua akan terekam dalam
memori dan akan menjadi role model bagaimana kelak murid -murid berpikir dan
berpijak. Bagaimana dia mengambil keputusan di masyarakat dikemudian hari.
Pengambilan keputusan bagi seorang pendidik harus keputusan yang tepat, benar
dan bijak melalui pengujian benar salah menggunakan lima uji yaitu uji legal,
uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi dan uji panutan atau uji idola akan
menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga tidak
menyesatkan murid-murid.
Apakah
kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini
dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya? Kesimpulan akhir yang saya
peroleh dari pembelajatana materi ini dan keterkaitannya dengan modul
sebelumnya adalah pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang
harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar
Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Secara sadar keputusan
itu akan mewarnai pola pikir dan karakter bagi murid-murid. Sekolah sebagai
Lembaga yang melakukan proses transfer ilmu dan karakter selalu memberikan
pelayanan kepada murid-murid tentu saja banyak pengambilan keputusan yang
mewarnai kebijakan-kebijakan sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran secara
sadar mengambil keputusan bijak, dengan mengedepankan regulasi kesepakatan
kelas, keyakinan kelas untuk mewujudkan karakter dan budaya positif dalam
kelas. Pengambilan keputusan harus bertujuan mewujudkan budaya positif dan
menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman (well being). Suasana tersebut akan berdampak
melejitkan kompetensi baik itu pendidik maupun murid. Dalam pengambilan
keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk
menghantarkan muridnya. Murid yang cerdas dan berkarakter, menuju profil
pelajar Pancasila sesuai harapan kita semua. Dalam perjalanannya menuju profil
pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga
diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan keputusan dan pengujian
keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut
berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Pembelajaran
diferensiasi merupakan salah satu bentuk merdeka belajar, karena dengan
pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid terpenuhi sesuai bakat, minat
dan kecenderungan gaya belajarnya. Pembelajaran kokulikuler juga salah satu
implementasi untuk mewujudkan karakter pelajar Pancasila. Berbagai tema dan
dimensi yang disiapkan memungkinkan murid terbiasa dengan nilai-nilai
positif dan pada akhirnya menjadi pembiasaan.
Sejauh mana
pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini,
yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3
prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan? Yang saya
fahami dari konsep-konsep modul ini adalah Ada 4 paradigma pengambilan
keputusan
1. Individu lawan masyarakat
2. kebenaran lawan kesetiaan
3. keadilan VS belas kasihan
4. Jangka Pendek VS jangka panjang
Ada 3 prinsip mengambil keputusan
1. berfikir berbasis akhir
2. berfikir berbasis aturan
3. berfikir berbasis rasa peduli
Ada 9 tahapaan pengambilan dan
pengujian keputusan
1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
4. Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji
instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)
5. Pengujian paradigma benar atau salah
6. Prinsip pengambilan keputusan
7. Investigasi tri lema
8. Buat keputusan
9. meninjau kembali keputusan dan refleksikan
Hal-hal yang
menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan
hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3
prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Selama ini
saya berpikir terlalu cepat dan reaktif sehingga keputusan yang saya ambil
perlu ditinjau kembali agar tidak merugikan banyak orang.
Sebelum
mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai
pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa
yang Anda pelajari di modul ini? Sebelum mempelajari modul ini saya pernah
mengambil keputusan dengan situasi dilema etika. Namun tidak mengikuti 9
langkah pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil biasanya hanya dari
dua hal yang pertama sesuai dengan regulasi dan tidak merugikan orang lain.
Tidak melalukan uji benar vs benar. Dalam modul ini saya belajar
Langkah-langkah pengambilan keputusan dengan tepat dan akurat karena ada 5 uji
benar vs benar.
Bagaimana dampak
mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda
dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Sebelumnya izinkan saya bersyukur atas apa yang sudah saya temui pada modul 3.1
ini. Banyak ilmu yang saya terima dan insyaalloh akan sangat bermanfaat untuk
hari ini dan masa yang akan datang. Konsep yang saya pelajari memberikan dampak
luar biasa bagi pola pikir saya. Sebelum bertemu dengan modul ini saya berpikir
bahwa pengambilan keputusan hanya berdasarkan regulasi saja. Ternyata banyak
hal yang menjadi dasar, ada 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan
kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice
vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan
jangka panjang (short term vs long term). Serta konsep pengambilan dan
pengujian keputusan, sehingga saya lebih yakin dengan apa yang sudah saya
tetapkan sebagai satu keputusan. Saya berencana akan mengimplementasikan dalam
setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam
ikut serta pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi yang saya
ikuti. Saya berharap pengambilan keputusan yang saya lakukan akan selalu
berpihak pada murid.
Seberapa
penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda
sebagai seorang pemimpin? Bagi saya materi pada modul 3.1 sangat penting dan
bermakna. Di lingkungan sekolah guru sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai
warga sekolah banyak keputusan yang akan dikeluarkan menghasilkan kebijakan
-kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka
belajar dan profil pelajar Pancasila. Guru harus memiliki keterampilan
pengambilan keputusan untuk dapat mewujudkan itu semua. Keputusan yang bernilai
kebajikan dan mampu mengimplementasikan 9 langkah pengambilan keputusan, sesuai
4 paradigma 3 prinsip penyelesaian dilemma serta tiga uji
yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu: Uji Intuisi
berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji
publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir
(Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola
berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking),
dimana ini berhubungan dengan golden rule . Demikian koneksi antar materi yang
saya paparkan, saya menyadari masih sedikit ilmu yang saya peroleh untuk itu
mohon masukan dan informasi mendalam untuk perbaikan.